Kontribusi muktazilah dalam penyebaran dakwah Islam

Abstract

Dalam usaha penyebaran ajaran Islam di tengah-tengah kehidupan masyarakat diperlukan individu-individu yang memiliki komitmen dan tanggung jawab terhadap tugas tersebut. Setiap muslim memiliki kewajiban untuk menjalankan peran sebagai penyeru kepada kebenaran dan mencegah dari kemungkaran (al-amr bi al-ma'ruf wa al-nahy 'an al-munkar), atau yang dikenal sebagai tugas dakwah. Dan peranan ini pulalah yang telah dipikul dan dijalankan oleh kalangan muslim yang berlabel kaum Muktazilah. Kaum Muktazilah telah bejasa dalam menyebarkan ajaran Islam, bahkan mereka berhasil membela dan mempertahankannya dari serangan-serangan lawan, yang berasal dari penganut agama lain, sepeai Kristian, Majud, Yahudi, kaum materialis dan sebagainya. Namun kehadiran dan peranan aliran teologi Muktazilah tersebut dalam perjalanan sejarah telah mendapat sorotan kontroversial dari pihak-pihak di luar atiran ini. Sorotan negatif -misalnya -dapat ditihat dalam tulisan Sirajuddin Abbas. Ia menggambarkan Muktazilah sebagai "kaum yang membikin heboh dunia Islam selama tiga ratus tahun abad-abad permulaan Islam banyak mengunakan aka1 dan lebih mengutamakan aka1 berbanding Qur'an dan hadis". Selain itu, sebutan Muktazilah juga diberi konotasi sebagai kaum yang tergelincir dalam erti yang sebenamya. Sorotan negatif yang telah lama berkembang di dunia Islam mengakibatkan kepada munculnya kebencian umat Islam pada umumnya, termasuk umat Islam di Indonesia. Sebaliknya, sorotan positif dapat ditemui, terutama pada penulis-penulis zaman belakang, seperti Ahmad Amin, Syekh Musthafa al-Gurabi, dan sebagainya. Al-Gurabi menulis bahwa jika Muktazilah tidak ditakdirkan Tuhan untuk bangkit membuka Islam, maka tidaklah muncul nmu Kalam dengan kekayaannya yang besar dan tidaklah kita akan sanggup membela Islam dari serangan-serangan orang luar. Muncul pertanyaan, kenapa jasa besar Muktazilah dalam penyebaran dan membela Islam menjadi dilupakan?. Makalah ini berusaha menjawab pertanyaan tersebut.